BekasiEkspress.Com | JSCgroupmedia ~ Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, di tengah pemberlakuan tarif tinggi Amerika Serikat (AS), sejumlah negara – termasuk Indonesia – tetap menunjukkan resiliensi atau tahan banting di sisi pertumbuhan ekonomi.
Salah satu indikatornya, setelah kebijakan tarif Trump diumumkan pada April 2025, aktivitas perdagangan dan produksi tetap berlanjut.
“Indonesia dari sisi perekonomian domestik juga menunjukkan adanya resiliensi terhadap tekanan ketidakpastian global.
Berada di kelompok negara-negara yang resilien,” kata Purbaya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (10/9/2025).
“Meskipun begitu, kewaspadaan tetap diperlukan untuk mengantisipasi dampak lanjutan dinamika eksternal tersebut,” imbuh mantan Ketua Dewan Komisioner LPS ini.
Purbaya memaparkan, ekonomi hingga Triwulan II tahun ini diperkirakan berlanjut dengan pertumbuhan lebih tinggi tahun depan.
IMF pada rilis Juli 2025 memproyeksikan pertumbuhan global lebih optimis. Tumbuh 3 persen year on year di tahun 2025. Naik 0,2 percentage point dari proyeksi atau naik 0,1 percentage point ke 3,1 persen pada tahun 2026.

Selain itu, ekspektasi penurunan federal fund rate juga mendukung proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih optimis, dan berpotensi mendorong aliran modal menuju emerging market.
“Trenpelonggaranmoneter untuk mendukung ekonomi di tengah stabilitas inflasi di level global diperkirakan turut memberikan dampak positif bagi domestik. Sehingga, prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dapat kita wujudkan,” tandas Purbaya.

Modal Menuju 8 Persen
Sejalan dengan perkembangan global yang mulai memberikan sinyal pemulihan, perekonomian Indonesia tetap resilien. Hal ini terefleksi pada ekonomi Triwulan II-2025 yang tumbuh 5,12 persen year on year.
Utamanya ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, meningkatnya investasi, dan terjaganya kinerja ekspor impor.
Sektor manufaktur tumbuh kuat, didukung hasil hilirisasi yang memberikan nilai tambah lebih besar di samping permintaan domestik yang masih tinggi.
“Ini menjadi modal untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi, menuju 8 persen dalam jangka menengah,” tegas Purbaya. | BekasiEkspress.Com | RM | *** |